Minggu, 18 Mei 2014

lelah

Sore di pinggir kolam. Seperti biasanya aku diam hanya melihat sekeliling kolam dengan ikan-ikannya yang seperti meminta makan kepada tuannya. Disini aku masih membayangkan bagaimana seandainya jika aku menyatakan cinta kepada dia. Dia yang aku suka hampir selama dua tahun, tepatnya sejak aku masuk kuliah. Dia gadis yang cantik dengan kacamata dan senyumnya yang lebar. Kalau setiap kali aku membayangkan dia tersenyum, desir darah dalam tubuhku terasa lebih cepat. Indah sekali.

Dia teman pertamaku sejak pertama kali kami dipertemukan pada hari pertama ospek fakultas. Sampai pada semester empat ini, aku masih memendamnya, memendam rasa kagumku dan ingin memilikinya. Dia adalah anak seorang pengusaha di kota asalnya. Sejak awal pertama ku berkenalan dengannya, lambat laun kami mengerti satu sama lain. Untuk alasan yang kurang jelas, dia selalu menolak setiap pria yang menyatakan cinta padanya. Dia selalu bercerita kepadaku jika ada seorang pria mendekatiku. Setiap perbincangan kami tentang masalah satu ini, aku selalu memberikan respon yang sangat standar seperti "oh" atau "ya" dan Asti selalu tidak pernah menanyakan mengapa sikapku itu. Dia hanya cukup senang ada yang mau mendengarkan dan memberikan respon yang cukup untuk ceritanya. Jujur saja hatiku sakit tapi tidak dapat melakukan apa-apa. Aku takut persahabatan kami hanya dianggap sebatas sahabat, tidak lebih. Tapi aku, mungkin melanggarnya.

Sebenarnya ada apa denganku? Apakah aku terlalu bodoh untuk dapat melanggar garis ini bahwa kami hanya sebatas sahabat? Apakah hanya aku yang melanggar? Apakah dia tidak memiliki rasa yang sama denganku? Dan mengapa setiap pria yang menyatakan cinta padanya selalu dia tolak? Pertanyaan- pertanyaan bodoh ini tidak pernah keluar dari mulutku, padahal setiap hari kami selalu bersama, mengerjakan tugas, nonton film di bioskop dan berbagai macam hal yang selalu kami lakukan berdua. Sebisa mungkin ku tahan ucapanku itu dan menunggu waktu yang tepat untuk dapat aku tanyakan padanya.

Sudah sebulan kami tidak saling berkirim kabar dan pergi bersama, sejak pertengkaran hebat kami di sebuah kafe...(continue)